TUMPEK LANDEP PERSPEKTIF ETIKA RELIGIUS
Abstract
Tumpek landep yang awalnya dipahami sebagai hari untuk memuja Sang Hyang Pasupati dengan
mengupacarai senjata tajam yang terbuat dari logam/ besi sebagai simbolisasi “ketajaman pikiran“ kini
bergeser ke bentuk upacara kepada benda-benda lain yang terbuat dari besi yakni sepeda motor, mobil,
sepeda, dll, sehingga perlu untuk diluruskan. Fenomena ini akan dibedah dengan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara etika religius, bentuk pelaksanaan ritual Tumpek
Landep dengan mengupacarai sarana senjata tajam maupun yang mengarah pada modernisasi seperti
sepeda motor dan mobil hendaknya tidak meninggalkan esensinya yakni memuja kemahakuasaan Tuhan
dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati di Sanggar Pamujan (tempat pemujaan). Perubahan
kebudayaan sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan adalah keniscayaan yang akan terus terjadi, tetapi
sebagai manusia Hindu hendaknya kita senantiasa menajamkan wiweka jnana agar tidak kebablasan dalam
menerima perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga upacara dalam hari suci Tumpek Landep tidak hanya
akan menjadi sebuah seremonial yang formalitas semata tetapi secara etika religius akan mampu
meningkatkan kualitas jnana dan spiritual manusia. Secara lebih luas sesungguhnya ritual Tumpek Landep
akan menciptakan harmonisasi yang ada di alam semesta.