BUDAYA BALI DALAM MASYARAKAT PLURALISME DI DESA PEGAYAMAN, KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

Abstract

Bali memiliki bermacam-macam budaya berupa nilai, aturan atau norma-norma berupa awig-awig, seni
budaya, pengetahuan, keyakinan dan lain-lainnya. Budaya lokal tersebut sampai sekarang masih diwarisi
dan dilaksanakan oleh masyarakat Bali. Pulau Bali tidak hanya yang mendiami masyarakat yang beragama
Hindu akan tetapi juga dihuni oleh masyarakat dari berbagai agama , suku, ras dan budaya, pluralisme Bali
ini disebabkan karena cukup tingginya pendatang yang ke Bali ada yang menetap sementara namun ada
juga yang menetap untuk tinggal di Bali. Seperti salah satu desa di Bali yaitu Desa Pegayaman
masyarakatnya sebagaian besar beragama Islam kemudia Hindu dan Kriaten. Masyarakat plural pada
umumnya potensial menimbulkan gesekan atau konflik namun di Desa Pegayaman kehidupan masyarakat
rukun dan harmoni dan dapat berbaur dan menerima Budaya Bali. Dari latar belakang tersebut masalah
yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah Budaya Bali apa saja yang dapat diterima oleh masyarakat plural
di Desa pegayangan? masalah inilah sangat tertarik penulis kaji dan teliti, penelitain ini adalah penelitian
kwalitatif dengan mendeskripsikan data-data yang di dapat dan dianalisis, dengan hasil bahwa masyarakat
Islam Desa Pegayaman menggunakan budaya Bali, baik dari cara berbahasa, menyama braya dalam
masyarakat, saling jotin, dan juga dalam memberi nama kepada anak anaknya yaitu nama depan seperti
made, nyoman dan ketut, seperti Ketut Suharto. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan sangat kental
dengan Budaya Bali.